Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Guru Beri Tugas via WhatsApp, Siswa Ramai-ramai Left Group

Guru Beri Tugas via WhatsApp, Siswa Ramai-ramai Left Group Guru Kasih Tugas, Murid-murid Malah Keluar Dari Grup WA. (Foto: Twitter @Ms4nne_)

Dream - Seperti halnya yang terjadi di Indonesia, KBM atau kegiatan belajar dan mengajar di Malaysia saat ini menggunakan sistem online.

Para guru akan membuat grup WhatsApp agar memudahkan mereka memantau murid-murid dan membagikan pekerjaan sekolah.

Seorang netizen yang kebetulan ibunya adalah seorang guru melihat betapa susahnya menjalankan KBM secara online ini.

Dia merasa kasihan dengan kesulitan ibunya dalam menghadapi banyaknya pekerjaan dan murid-muridnya setiap hari.

Apalagi saat mengetahui murid-murid ibunya malah meninggalkan grup WA ketika ditanya soal tugas yang sudah diberikan ke mereka.

Melalui Twitter, Anne di @Ms4nne_ membagikan cuplikan layar bagaimana murid-murid ibunya meninggalkan grup WA tanpa merasa bersalah.

"Ibu saya mengirim pekerjaan sekolah melalui grup WA, tetapi para siswa dengan santai malah meninggalkan grup," tulisnya.

Dalam postingan yang disertai cuplikan foto itu tampak ibunya menjelaskan tugas yang harus diselesaikan para siswa.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, beberapa siswa tiba-tiba meninggalkan grup WA tersebut.

Ibunya terus bertanya tentang kemajuan tugas yang diberikan kepada siswa yang masih bertahan di grup.

Para siswa juga diberitahu bahwa mereka harus menyerahkan tugas tersebut begitu sekolah dibuka kembali.

Bukannya menjawab pertanyaan gurunya, siswa terakhir itu juga pergi, meninggalkan ibu Anne sendirian di dalam grup.

"Saya benar-benar ingin menangis ketika ibu saya bertanya mengapa murid-muridnya tidak memberikan jawaban. Ketika saya periksa, mereka semua meninggalkan grup," tulis Anne di Twitter.

Selama masa seperti ini, guru tidak seharusnya menghadapi masalah seperti itu. Orang tua seharusnya dapat bekerja sama membantu dengan memastikan anak-anak mengetahui tugas sekolah mereka.

Hanya karena sekolah-sekolah masih ditutup sebagian karena pandemi tidak berarti bahwa pendidikan harus berhenti.

Lagi pula, tugas sekolah adalah rutinitas yang tidak mengharuskan anak-anak meninggalkan rumah.

Selain itu, kita harus benar-benar menghormati dan berterima kasih kepada guru yang melakukan usaha terbaik mereka untuk memastikan bahwa para siswa tetap terdidik dengan baik meski dengan sumber daya terbatas.

Sumber: World of Buzz

Kisah Guru Avan Mengajar Murid dari Rumah ke Rumah: Mereka Tak Punya HP dan TV

Dream - Sejak virus corona merebak, pemerintah mengimbau para murid untuk belajar di rumah. Para murid menerima tugas dari guru melalui smartphone. Lewat gawai pula tugas itu dikumpulkan.

Namun, tidak semua murid bisa melakukan kegiatan belajar di rumah dengan sistem demikian. Sebab, tidak semua murid dan orang tuanya memiliki smartphone maupun sarana lain untuk berinteraksi dengan para guru selama kegiatan belajar di rumah.

Simaklah pengalaman Avan Fathurrahman. Guru SD Negeri Batuputih Laok 3, Sumenep, Jawa Timur. Dia mengaku tak bisa memberikan tugas kepada sejumlah muridnya.

"Sudah beberapa minggu saya berada dalam posisi yang dilematis. Bukan masalah rindu. Tapi tentang imbauan Mas Mentri, agar bekerja dari rumah," tulis Avan di akun Facebook.

Menurut Avan, pola mengajar jarak jauh melalui ponsel pintar tak mungkin dia lakukan. Sebab, tidak semua murid memiliki smartphone. Mereka juga tidak punya laptop yang tersambung dengan internet.

"Jikapun misalnya punya, dana untuk beli kuota internet akan membebani wali murid," tambah dia.

Avan Fathurrahman

Avan bercerita, beberapa minggu silam ada walimurid yang bertekad mencari pinjaman untuk membeli smartphone. Semua dilakukan karena model belajar dari rumah dilakukan melalui ponsel cerdas.

"Saya terkejut mendengar penuturannya. Lalu pelan-pelan saya bicara. Saya melarangnya," kata Avan.

Dia memberikan pemahaman kepada walimurid itu bahwa belajar di rumah tidak harus menggunakan polsel pintar. Belajar di rumah bisa dilakukan dengan membaca buku-buku paket yang dipinjamkan sekolah.

"Saya bilang, bahwa sayalah yang akan berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk mengajari," tambah dia.

Mendengar penjelasan itu, sang walimurid pun menjadi lega. Raut wajahnya menjadi gembira. "Jadi, di masa pandemik ini, saya memang harus keliling ke rumah-rumah siswa, setidaknya 3 kali dalam seminggu," kata dia.

Avan Fathurrahman

Memang tidak mudah bagi Avan. Untuk berkeliling dia harus menempuh jarak rumah antarsiswa yang lumayan jauh. Apalagi medannya juga kurang bagus. "Bahkan jika hujan, saya harus jalan kaki ke salah satu rumah siswa."

Avan sadar, dengan berkeliling ke rumah para siswa itu dia melanggar imbauan pemerintah untuk tetap di rumah untuk memutur rantai penularan virus corona. Tapi, hanya itu cara yang bisa dia lakukan agar murid-muridnya tetap bisa belajar.

"Membiarkan siswa belajar sendiri di rumah tanpa saya pantau, jelas saya kurang sreg. Bukan tidak percaya pada orang tua mereka. Tapi saya tahu, bahwa sekarang mereka sibuk. Ini masa panen padi," tutur dia.

Menurut Avan, saban hari para walimurid itu harus bekerja ke sawah. Mereka bergotong-royong panen padi dari tetangga, kebiasaan yang disebut "otosan". Sehingga para muridnya harus belajar sendiri. Bila malam, mereka ke mushola untuk mengaji.

"Maka sayalah yang harus hadir untuk mendampingi mereka begiliran meski sebentar. Menjelaskan materi, memberikan petunjuk tugas, mengoreksi tugas yang diberikan sebelumnya, termasuk memberikan apresiasi pada pekerjaan mereka," papar Avan.

Dia sedikit lega setelah TVRI menyediakan tayangan edukasi untuk siswa. Dia menjelaskan kepada anak didik dan walimurid tentang tayangan pelajaran itu. Dia berpikir program TVRI itu sangat membantu.

"Tapi, lagi-lagi saya harus menelan ludah. Tiga dari lima siswa saya tidak punya televisi di rumahnya. Dan saya tidak melanjutkan kampanye nonton TV pada siswa yang lain. Biarlah," tutur Avan.

Sebelum menulis kisahnya, Avan tidak pernah memoto rumah para murid dan kegiatannya mengajar. Namun karena permintaan pengawas sekolah sebagai laporan guru, dia mulai memotret para murid dan kkegiatannya mengajar.

"Nah... Ini... Jadi saya harus banyak-banyak foto. Foto diri, foto dengan siswa, foto hasil pekerjaan siswa, juga foto pencitraan yang lain," tulis Avan sambil menambahkan emotikon tertawa.

Menurut Avan, mengajar siswa secara virtual lewat ponsel cerdas, seperti dilakukan oleh banyak guru lain, memang sangat nyaman. Namun, dia tidak bisa melakukannya. Dia merasa kegiatannya mendatangi rumah-rumah murid itu telah melanggar imbauan pemerintah.

"Jadi jelas, saya belum menjadi guru yang baik. Tidak memberikan contoh yang baik bagi siswa karena melanggar imbauan pemerintah. Saya bukan tidak takut corona. Takut juga. Tapi gimana lagi?

Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari wabah penyakit, termasuk covid-19. Amin," pungkas Avan.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Diminta Guru Buat Tugas Menulis Surat, Tulisan Siswa SMP Berisi Curhatnya Ini Bikin Netizen Menangis

Diminta Guru Buat Tugas Menulis Surat, Tulisan Siswa SMP Berisi Curhatnya Ini Bikin Netizen Menangis

Tugas itu adalah meminta sang murid menulis sebuah surat berisi semua hal yang mengganjal hatinya.

Baca Selengkapnya
Saat Bu Guru Cantik Tunjukkan Hasil Tulisan Murid-muridnya, dari yang Rapi Jali, Bikin Mata Juling, hingga Keriting tapi Estetik

Saat Bu Guru Cantik Tunjukkan Hasil Tulisan Murid-muridnya, dari yang Rapi Jali, Bikin Mata Juling, hingga Keriting tapi Estetik

Mantan guru SMA Negeri 1 Seririt, Bali, ini tak menyangka dengan tulisan tangan para murid yang beraneka ragam.

Baca Selengkapnya
Momen Guru Koreksi Tugas Murid, Tulisan Kecil Bersambung Bikin Sakit Kepala

Momen Guru Koreksi Tugas Murid, Tulisan Kecil Bersambung Bikin Sakit Kepala

Bikin Sakit Kepala, Momen Guru Periksa Tugas Murid tapi Tulisannya Sulit Dibaca

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kritik Jokowi, Guru Besar UI Akui Dapat Intimidasi

Kritik Jokowi, Guru Besar UI Akui Dapat Intimidasi

Ia menceritakan intimidasi itu diterima lewat pesan WhatsApp dari seorang alumnus.

Baca Selengkapnya
Momen Siswa Terganggu Bau Ketek Teman Sekelas, Netizen: Mau Kasihan tapi Bikin Sesak Napas

Momen Siswa Terganggu Bau Ketek Teman Sekelas, Netizen: Mau Kasihan tapi Bikin Sesak Napas

Banyak siswa di kelas ini tampak menutup hidung sebab mencium bau badan teman sekelasnya.

Baca Selengkapnya
Gadis Ini Rutin Curhat ke Whatsapp Ibunya yang Sudah Meninggal, Syok Tiba-Tiba Dapat Balasan: ‘Jangan Merasa Sedih’

Gadis Ini Rutin Curhat ke Whatsapp Ibunya yang Sudah Meninggal, Syok Tiba-Tiba Dapat Balasan: ‘Jangan Merasa Sedih’

Wanita ini terkejut mendapat pesan di nomor ibunya yang telah meninggal

Baca Selengkapnya