Berusia lebih dari separuh abad, rumah produksi yang berada di Jalan Krapyak Wetan, Panggungharjo, Sewon Bantul, Yogyakarta ini menjadi satu-satunya produksi kain lurik yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisional. Foto (Dinda Meutia/dream)
FOTO: Proses Panjang Pembuatan Kain Lurik
Kain Tradisional
Para penenun di Lurik Kunia ini rata-rata lanjut usia. Rambut putih dengan tulang melekat terlihat jelas di balik kulitnya. Usia tak menyurutkan niat mereka membuat kain bercorak garis-garis yang memukau. Foto (Dinda Meutia/dream)
Dalam setiap helai benang, penenun menyelipkan doa bagi pemakai Lurik. Sesuai dengan makna filosofis kain tersebut yaitu rik yang berarti pagar pelindung. Momen ini tentu saja tidak terjadi pada lurik yang dibuat oleh mesin. Foto (Dinda Meutia/dream)
Proses pembuatan lurik cukup panjang. Pertama, benang mentah diwarnai setelah itu didiamkan selama satu hari. Setengah hari dijemur di bawah sinar matahari. Benang yang sudah diwarnai masuk ke pemintalan. Butuh waktu sekitar 30 hari untuk menghasilkan 100 meter kain lurik ini. Foto (Dinda Meutia/dream)
Harga kain tenun di Kurnia Lurik relatif terjangkau, berkisar Rp 35.000 sampai Rp 50.000 per lembar, tergantung lebar kain, 70 centimeter atau di atas 100 centimeter. Motif dan bahan juga mempengaruhi harga. Foto (Dinda Meutia/dream)