Dream - Menghadapi anak yang selalu protes, memberontak dan sulit untuk mendengarkan arahan orangtua memang sangat menguras emosi. Orangtua harus lebih mengontrol diri dan mencari solusi yang pas untuk menghadapi anak.

Mungkin banyak orangtua berharap anak menjadi seorang yang sangat penurut dan tak pernah memberontak. Nah, ada fakta lain jika buah hati termasuk anak yang suka sekali membantah dan kerap tak mau mendengarkan orangtua.

Anak-anak yang protes dan memberontak, menurut psikolog ternyata lebih bahagia dan akan mempengaruhi keberhasilan dan perkembangannya di masa depan. Mengapa demikian?

Setiap anak punya kepribadian yang unik dan cara berinteraksi sendiri dengan dunia. Tapi saat orangtua terus-menerus mengatur mereka maka sangat besar kemungkinan anak akan mengalami masalah dalam mengekspresikan diri. Selain itu anak juga akan sulit menentukan keinginan mereka yang sebenarnya.

Sebaliknya, anak sulit diatur biasanya tak takut untuk menunjukkan karakter dan kemandirian mereka. Meski nantinya akan dihujat oleh banyak orang, mereka cenderung tak gentar.

Rasa Ingin Tahu Tinggi

Selain itu, anak yang memberontak cenderung punya keingintahuan yang lebih tinggi. Sikap ini akan membuat mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang berpengetahuan luas. Mereka juga biasanya punya keinginan belajar yang sangat besar.

Sikap sangat aktif dan sedikit 'nakal' yang dimiliki anak, kebanyakan merupakan sifat dalam diri mereka sendiri. Mereka tak takut untuk mengungkapkan perasaan dan memanfaatkan waktu untuk mendapatkan banyak pengalaman.

Terkadang semangat yang mereka miliki memang bisa jadi terlalu berlebihan. Tapi saat anak bertindak keras dan ekstrem, justru hal itu menandakan bahwa mereka bahagia dan merasa percaya diri.

Penjelasan selengkapnya baca di Diadona.id

Maksimalkan Bermain, Efektif Redam Stres Anak Saat Pandemi Covid-19

Dream - Kekhawatiran dan ketakutan adalah hal normal yang dialami anak. Bisa terjadi saat mereka bersama teman sebaya, di sekolah atau ketika keadaan sangat berbeda dari biasanya.

Level rasa cemas anak bisa jadi makin besar dan tertanam dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang. Tak bisa lagi bebas bermain di luar, tak bisa ke sekolah, apalagi bertemu dengan teman untuk main bersama.

"Tak hanya itu, anak juga tertular kecemasan yang dialami orangtua. Kondisi yang tak pasti, lalu berita soal pandemi tak dipungkiri sangat berdampak pada level stres orangtua yang pada gilirannya juga berdampak pada anak," kata Katie Hurley, seorang psikoterapis yang berbasis di Los Angeles dan penulis The Happy Kid Handbook.

Pereda Ketegangan

Kabar baiknya, level kecemasan anak bisa diturunkan dengan bermain yang merupakan penangkal sempurna bagi rasa takut. Bermain merupakan pereda ketegangan efektif bagi anak.

"Anak-anak menggunakan permainan imajiner dan manipulatif (boneka, boneka binatang, batu bata bangunan, dll) untuk mengekspresikan emosi yang sulit mereka ungkapkan. Misalnya, anak-anak dapat mendirikan tembok panjang dari balok mainan untuk memberitahu ketakutan yang dialami," ujar Hurley.

Ungkapan Emosi yang Tak Bisa Dilontarkan

Dalam The Opposite Of Worry, Lawrence J. Cohen, Ph.D., psikolog dan pakar bermain, juga menjelaskan bagaimana anak-anak tertarik bermain untuk melalui pengalaman yang sulit.

Cohen menulis, "dengan berpura-pura atau menceritakan kembali kisahnya, adegan itu dapat diciptakan kembali, tetapi kali ini anak yang bertanggung jawab. Dengan memainkannya, penyembuhan emosional terjadi".

Tugas dari sekolah saat ini memang cukup banyak, namun jangan sampai anak kelelahan sampai tak punya waktu bermain. Selalu sediakan waktu untuk anak melakukan hal yang mereka sukai. Kita juga bisa ikut main bersama anak agar level stres bisa mereda. Ingat, keluarga ada sumber ketenangan bagi semua.

Sumber: Parents