Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Ilmuwan Desak Penelitian Ulang Misteri Asal-Usul Covid-19 di China

Ilmuwan Desak Penelitian Ulang Misteri Asal-Usul Covid-19 di China Ilmuwan Dunia Mendesak Penelitian Ulang Asal Mula Virus Covid-19 Di China

Dream - Kalangan ilmuwan dunia kembali mendesak dilakukan penelitian ulang terkait asal usul virus Covid-19 yang pernah dilakukan tim investigasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Upaya itu diperlukan agar tudingan adanya politisasi dan tuduhan konspirasi untuk menutupi hasil penelitian bisa terjawab.

Tim Investigasi WHO pada tahun 2020 telah mengeluarkan hasil penelitian mereka soal sumber virus Covid-19, Sars-CoV2 yang dilakukan di Wuhan, China. Salah satu poin hasil penelitian adalah tidak adanya bukti jika virus tersebut berasal dari laboratorium di China.   

Hasil penelitian tersebut tak lantas membuat perdebatan berakhir namun justru memicu konflik baru dan rentan dipolitisasi. Beberapa ilmuwan penelitian yang telah mencoba mengungkap asal mula pandemi, telah dituduh melakukan konspirasi dan menutup-nutupi tanpa bukti.

Dilansir dari bbc.com, kini 21 peneliti melakukan penelitian ulang terhadap virus corona yang sebelumnya ditemukan dari kelelewar yang ditransfer ke manusia. Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki penemuan-penemuan sebelumnya.

"Tidak benar bahwa kami tidak tahu dari mana asalnya - kami hanya tidak tahu bagaimana virus itu masuk ke manusia," kata ahli virologi Universitas Glasgow, Prof David Robertson.

Asal usul virus sudah ditemukan berasal dari kelelawar yang sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi para peneliti masih terus mencari tahu bagaimana, dimana, dan kapan tepatnya virus itu masuk ke manusia.

Permintaan itu disampaikan karena beluma ditemukan bukti yang jelas mengenai kasus pertama manusia yang terkonfirmasi covid-19 ataupun tidak adanya kelelawar yang positif Covid-19. Sebenarnya ini adalah bukti-bukti real yang bisa sampai sekarang tidak pernah diketahui. Namun para ilmuwan telah merilis penemuan terbaru mereka. Berikut laporannya.

Pasar Hewan Hidup Jadi Hotspot Transmisi Ideal Bagi Virus

Ilustrasi

Ahli virologi Universitas Glasgow, Prof David Robertson mengatakan hasil penelitian terbaru ini masih perlu ditinjau kembali oleh para ahli lainnya. Menurutnya kesimpulan utamanya adalah bahwa sifat biologis virus ini sangat cocok dengan virus yang ditemukan pada kelelawar. Ia mengatakan wabah ini sangatlah mirip dengan munculnya Sars pertama kali pada tahun 2003.

Dalam kasus Sars, virus diisolasi pada hewan yang diperdagangkan secara luas yang disebut musang sawit. Selama beberapa tahun berikutnya para peneliti menemukan virus yang sangat erat hubungannya pada kelelawar, dan pada tahun 2017 nenek moyang virus Sars ditemukan pada populasi kelelawar tapal kuda di Cina selatan. Wabah itu pada dasarnya bisa dilacak dan ditelusuri kembali ke hewan liar asalnya.

"Satu-satunya perbedaan [dengan Covid] adalah kami belum menemukan spesies perantara kali ini. Tetapi hubungan virus kelelawar dan manusia berhubungan erat dengan pasar yang menjual hewan hidup yang ada di sana (Wuhan)," kata Prof Robertson.

Menurut para ilmuwan, asar yang menjual hewan hidup dengan kondisi ramai dan tidak higienis menjadi hotspot transmisi ideal untuk penyakit baru bermunculan. Dan dalam 18 bulan hingga awal pandemi, sebuah penelitian menunjukkan bahwa hampir 50 ribu hewan dari 38 spesies berbeda dijual di pasar di Wuhan.

Kebocoran Virus dari Laboratorium

Sejauh ini para ilmuwan berkesimpulann bahwa perdagangan hewan hidup di pasar Wuhan merupakan skenario awal asal usul Covid-19 yang paling memungkinkan.

Sebelumnya tim WHO yang mengunjungi Wuhan juga menarik kesimpulan serupa. Bahwa virus corona pada kelelawar yang sedang diteliti di sebuah laboratorium dicurigai bocor.

Laboratorium yang diteliti adalah Institut Virologi Wuhan, yang telah mempelajari virus corona pada kelelawar selama lebih dari satu dekade. Alhasil hasil penelitian itu pun mendapat penolakan dan memunculkan perbedaan pendapat dari kalangan ilmuwan lain.

Laporan terbaru menyebutkan bisa saja penelitian sebelumnya telah dimanipulasi menjadi Sars-Cov-2. Tetapi beberapa ilmuwan tidak sepenuhnya menerima kesimpulan itu, termasuk Prof David Relman dari Universitas Stanford AS.

"Saya melihat (penelitian terbaru) ini sebagai upaya yang disengaja untuk mengumpulkan semua informasi yang mungkin untuk mendukung hipotesis yang sangat bagus - limpahan alami - tetapi (penelitian terbaru ini) tidak seimbang dan objektif," katanya.

Perdebatan Para Ilmuwan

Ilustrasi

Prof Relman adalah salah satu penulis surat kepada jurnal ilmiah terkenal Science, di mana para ilmuwan senior mempertanyakan kesimpulan laporan WHO dan meminta penyelidikan yang lebih menyeluruh terhadap apa yang disebut hipotesis kebocoran laboratorium.

Perbedaan pendapat dari kalangan ilmuwan merupakan hal yang wajar dari proses penelitian ilmiah. Akan tetapi perdebatan tentang dugaan kebocoran laboratorium yang menyebabkan tumpahan alami virus telah melampaui perselisihan ilmiah yang kuat.

Pada Februari 2020, Peter Daszak, yang memimpin penyelidikan WHO telah dituduh membungkam setiap perdebatan tentang kemungkinan kebocoran laboratorium ketika dia dan 26 rekan penulis mengeluarkan pernyataan di jurnal medis Lancet.

"Kami berdiri bersama untuk mengutuk keras teori konspirasi yang menunjukkan bahwa Covid-19 tidak berasal dari alam."

Dan banyak yang tidak mempercayai informasi yang diberikan otoritas China kepada tim investigasi WHO.

Dilema Para Ilmuwan

Lebih dari setahun kemudian, Presiden AS Joe Biden memerintahkan badan intelijennya sendiri untuk menggandakan upaya untuk menyelidiki asal-usul Sars-Cov-2, termasuk teori bahwa virus berasal dari laboratorium.

Sekitar waktu itu, beberapa ilmuwan yang secara terbuka menolak skenario kebocoran laboratorium diserang, terutama di media sosial.

Seseorang yang telah meneliti asal usul evolusi Sars-Cov-2 sejak masa-masa awal pandemi mengatakan bahwa bukti menunjukkan adanya limpahan alami. Bahkan ia sempat berpikir untuk menyudahi penelitiannya karena serangan dari berbagai pihak yang melecehkan penelitiannya membuatnya tidak nyaman.

Seorang peneliti yang tidak ingin disebut namanya karena takut mengalami pelecehan mengatakan email-nya telah diretas.

"Email saya telah diretas, email yang mencoba untuk menjebak yang mengklaim bahwa saya telah memalsukan data dan merupakan bagian dari semacam sistem menutup-nutupi dan yang lainnya, pelecehan menjadi semakin buruk kepada saya," ucapnya.

Ilmuwan Menuntut Penelitian Terbuka

Ilustrasi

Sementara argumen telah meningkat selama setahun terakhir, dan belum ada bukti ilmiah baru yang menunjukkan kebocoran laboratorium tersebut. Secara signifikan hampir semua ilmuwan setuju bahwa penelitian yang kuat untuk mendapatkan bukti asal-usul Sars-Cov-2 adalah satu-satunya cara yang baik ke depannya.

"Kini kita tidak butuh perdebatan dari ilmuwan yang tetap bersikeras pada penemuannya masing-masing tanpa ada data baru yang lebih menguatkan," ucap Prof Relman.

"Sars-Cov-2 belum ditemukan pada hewan inang alami mana pun. Mari kita meredamkannya dan menuntut penyelidikan yang lebih tepat," tambahnya.

Sementara itu Prof Stuart Neil dari King's College London, salah satu penulis laporan baru, menunjukkan bahwa tuntutan tidak selalu mengarah pada kesimpulan yang dicari semua orang. Ia mengatakan kerjasama dari otoritas China sangatlah diperlukan untuk membuka semua bukti-bukti.

"Kami akan membutuhkan kerja sama dari otoritas China. Dan mereka harus jauh lebih terbuka tentang apa yang mereka ketahui tentang epidemi awal di Wuhan pada akhir tahun 2019," katanya.

"Sebab hanya itu yang akan menjelaskan bagaimana virus itu tiba di Wuhan, dan di mana sebelumnya. Ini adalah zoonosis virus corona kelelawar besar kedua di China dalam 20 tahun, dan jika kita tidak diluruskan maka wabah serupa mungkin akan terjadi lagi," imbuhnya.

ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Lagi, Direktur WHO Peringatkan Seluruh Negara Harus Bersiap Hadapi Penyakit X

Lagi, Direktur WHO Peringatkan Seluruh Negara Harus Bersiap Hadapi Penyakit X

Penyakit X adalah virus “penampung” hipotetis yang belum terbentuk, namun para ilmuwan mengatakan penyakit ini bisa 20 kali lebih mematikan daripada COVID-19.

Baca Selengkapnya
Fakta-fakta Covid-19 Varian JN.1, Ciri Khasnya Lidah Pasien Lebih Putih

Fakta-fakta Covid-19 Varian JN.1, Ciri Khasnya Lidah Pasien Lebih Putih

Merebak di Amerika Serikat, Singapura, China, dan India, Covid-19 di Indonesia sudah ditemukan 41 kasus.

Baca Selengkapnya
Bukan Demam dan Anosmia, Ini Gejala Covid-19 Sub Varian JN1

Bukan Demam dan Anosmia, Ini Gejala Covid-19 Sub Varian JN1

Varian covid-19 memiliki gejala yang berbeda. Ini menjadi penyebab vaksin lama tidak efektif digunakan kembali.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi

Kasus Covid-19 Varian JN.1 Sedang Naik, Hindari 5 Tempat dengan Risiko Penularan Tertinggi

Beberapa tempat memiliki jumlah virus lebih tinggi dibandingkan area lain. Kamu wajib meningkatkan daya tahan tubuh jika ingin mengunjunginya.

Baca Selengkapnya
Fakta-Fakta Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Fakta-Fakta Pasien Covid-19 JN.1 di Batam Meninggal Dunia

Diketahui, varian JN.1 pertama kali dilaporkan di Indonesia pada bulan November lalu.

Baca Selengkapnya
Proses Penularan Virus Flu Bisa Sangat Cepat, Pakai Masker Adalah Kunci

Proses Penularan Virus Flu Bisa Sangat Cepat, Pakai Masker Adalah Kunci

Flu kembali menyerang banyak orang. Proses penyembuhannya pun memakan waktu cukup lama. Cari tahu proses penularan virus dan cara mencegahnya.

Baca Selengkapnya
BUNGKUS! Parodi Iklan Permen Jadul

BUNGKUS! Parodi Iklan Permen Jadul

Sahabat Dream masih ingat dengan iklan ini? Di masa kejayaannya, iklan permen ini selalu tayang di TV lho.

Baca Selengkapnya
Mulai Berbayar, Ini Daftar Harga Vaksin Covid-19 Tahun 2024

Mulai Berbayar, Ini Daftar Harga Vaksin Covid-19 Tahun 2024

Vaksin Covid-19 keempat mulai berbayar tahun ini. Masing-masing merek ditawarkan dengan harga berbeda.

Baca Selengkapnya
Vaksin Covid-19 Gratis Mulai Dibatasi, Epidemiolog Angkat Bicara

Vaksin Covid-19 Gratis Mulai Dibatasi, Epidemiolog Angkat Bicara

Epidemiolog, Dicky Budiman, memberi pendapatnya soal kebijakan baru ini.

Baca Selengkapnya
Siap-siap, Deretan Penyakit yang Sering Muncul Setelah Liburan

Siap-siap, Deretan Penyakit yang Sering Muncul Setelah Liburan

Banyak orang yang justru jatuh sakit setelah liburan. Hal tersebut bisa disebabkan banyak faktor.

Baca Selengkapnya