Gempa Magnitudo 5,1 Guncang Barat Laut Maluku
Dream - Gempa berkekuatan 5,1 magnitudo terjadi di Maluku Tenggara. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat gempa terjadi pukul 12.38 WIB.
"Lokasi berada di 7.54 LS, 130.55 BT (96 kilometer barat laut Maluku Tenggara)" tulis BMKG, Jumat, 30 Agustus 2019.
Gempa tersebut tercatata berada di kedalaman 10 kilometer. Gempa tersebut dilaporkan tidak berpotensi tsunami.
#Info Gempa Mag:5.1, 30-Aug-19 12:38:31 WIB, Lok:7.54 LS,130.55 BT (96 km BaratLaut MALUKUTENGGARABRT), Kedlmn:10 Km #BMKG pic.twitter.com/ZPuOxxPfG1
— BMKG (@infoBMKG) August 30, 2019
Gempa Tektonik Magnitudo 4 Guncang Bogor
Dream - Gempa berkekuatan 4,0 magnitudo mengguncang wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat, 23 Agustus 2019, pukul 11.10.59 WIB. Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.
Kepala Balai Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah II Tangerang, Hendro Nugroho menyebut, analisis BMKG menunjukkan, gempabumi tersebut berpusat di koordinat 6.7 LS - 106.51 BT.
"Tepatnya berada di Darat pada jarak 101 kilometer barat daya Kabupaten Bogor Raya dengan kedalaman lima kilometer," ujar Hendro.
Hendro mengatakan, ditinjau dari lokasi epicenter dan kedalamannya hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan gempabumi dangkal. Gempa tersebut diakibatkan aktivitas sesar Citarik.
"Berdasarkan laporan dari masyarakat, gempabumi ini dirasakan di wilayah Sukabumi dengan Skala Intensitas II - III MMI, di Ciptagelar dengan Skala Intensitas III MMI, di Panggarangan Jatake, Cikotok dan Bogor dengan Skala Intensitas II - III MMI," ucap dia.
Hendro menyebut, laporan yang dibuat pukul 11:35 WIB, belum menunjukkan adanya aktivitas gempabumi susulan (aftershock). "Masyarakat diimbau agar tetap tenang dan terus mengikuti informasi dari BMKG, karena BMKG akan terus memantau perkembangan gempabumi tersebut," ujar dia.
Tidak berpotensi tsunami
Dream - Sejak awal Agustus 2019, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi rentetan aktivitas gempa bumi di Busur Subduksi Sunda.
Aktivitas gempa singnifikan ini tersebar dari Segmen Megathrust Mentawai-Siberut hingga Segmen Megathrust Sumba.
"Diawali dengan peristiwa gempa kuat dan merusak di Banten berkekuatan M 6,9 pada 2 Agustus 2019 lalu, hingga hari ini rentetan gempa masih terus mengguncang," ujar Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam unggahannya di instagram.
Menurut Daryono, pada Senin 12 Agustus 2019 saja, wilayah selatan Bali dan Banyuwangi diguncang gempa berkekuatan Magnitudo (M) 4,9.
Lalu, berapa banyak rentetan gempa yang terjadi sejak awal Agustus hingga kemarin? Menurut catatan yang disampaikan Daryono, rentetan gempa di Busur Subduksi Sunda sudah lebih dari 8 kali terjadi gempa signifikan. Berikut rinciannya:
Rentetan Gempa 12 Hari Terakhir
1. 2 Agustus 2019 Gempa Selatan Banten M 6,9
2. 3 Agustus 2019 Gempa Sukabumi M 4,4
3. 9 Agustus 2019 Gempa Sumba M 4,3
4. 10 Agustus 2019 Gempa Tasikmalaya dan Pangandaran M 4,0
5. 10 Agustus 2019 Gempa Tasikmalaya dan Pangandaran M 5,1
6. 11 Agustus 2019 Gempa Pariaman M 5,2
7. 11 Agustus 2019 Gempa Selatan Selat Sunda M 5,1.
8. 12 Agustus 2019 Gempa Selatan Bali dan Banyuwangi M 4,9
Gempa M 6,9 di Banten dirasakan warga Jakarta, 2 Agustus 2019
Daryono menegaskan, rentetan gempa ini sangat menarik dicermati. Seluruh gempa berpusat di Zona Subduksi.
Memang, lanjut Daryono, ada variasi kedalaman hiposenternya. Dalam hal ini, ada pusat gempa yang sangat dangkal bersumber di zona subduksi muka (front subductioan).
Tetapi ada juga yang berada di kedalaman menengah di zona transisi antara zona Megathrust dan Benioff.
Rentetan Gempa, Fenomena Apa?
Fenomena rentetan gempa yang terus terjadi ini memancing perhatian masyarakat. Sejumlah pertanyaan pun mengemuka.
Gempa M 4,9 di Bali, 12 Agustus 2019
Fenomena apakah ini? Mengapa aktivitas gempa di zona subduksi akhir-akhir ini sangat aktif. Apakah rentetan gempa ini merupakan aktivitas gempa pendahuluan (foreshocks)?
"Tentu saja sangat sulit untuk menjawab pertanyaan semacam ini. Namun demikian, hasil monitoring BMKG memang menunjukkan adanya klaster yang mencolok terkait adanya peningkatan aktivitas seismik," jelas Vice President Himpunan Ahli Geofisika indonesia (HAGI) Divisi Mitigasi Bencana Kebumian ini.
Klaster yang dimaksud yakni :
(1) zona selatan Bali dan Banyuwangi
(2) Zona Cilacap dan Pangandaran
(3) Selat Sunda.
BMKG akan terus memonitor aktivitas seismik yang terjadi khususnya di 3 zona duga aktif itu dan hasilnya akan segera diinformasikan kepada masyarakat.
Gempa Pendahuluan Berpotensi Gempa Besar
Daryono menjelaskan, jika kita mencermati peristiwa gempa besar di seluruh dunia memang dapat diamati gempa pendahuluannya.
Fakta ini, lanjutnya, dapat dilihat sebelum peristiwa gempa Aceh 2004, Gempa Tohuku 2011, dan Gempa Chili 2014.
Gempa dan Tsunami Aceh 2004 dan Aceh saat ini
"Semua gempa besar ini didahului oleh serangkaian gempa pendahuluan," terangnya.
Penjelasan terkait gempa pendahuluan, kata Daryono, tampaknya diperlukan agar tidak terus menjadi tanda tanya yang menggelayuti masyarakat.
Dari beberapa hasil kajian, BMKG juga dapat mengidentifikasi beberapa karakteristik aktivitas gempa pendahuluan.
Pertama, gempa pendahuluan biasanya terjadi di zona dengan nilai B-value rendah. Nilai B-value rendah artinya di zona itu masih menyimpan tegangan yang tinggi, yang berpotensi terjadi gempa besar.
Gempa Pendahuluan Sebelum Gempa Utama?
Kedua, di zona itu ada fenomena migrasi percepatan titik hiposenter, yang semakin cepat menuju titik inisiasi lokasi estimasi gempa utama.
Gempa M 7,2 di Maluku, Juli 2019
Selain itu juga, menurut Daryono, teridentifikasi adanya repeating earthquakes. Cirinya gempa ini berulang-ulang dan terjadi di segmen itu.
"Secara sederhananya, ini menunjukkan ada sebuah proses yang semakin lama semakin intensif sebelum muncul gempa utamanya (mainshock)," papar Daryono.
Aktivitas ini, kata dia, mirip kalau kita mau mematahkan kayu, perlahan-lahan ada retakan-retakan kecil sebelum benar-benar terpatahkan.
Gempa Besar Setelah Gempa Pendahuluan
Tetapi apakah fenomena rentetan gempa akhir-akhir ini sudah mengarah tanda-tanda seismisitas mengarah ke arah sana?
Bagi Daryono, hal ini juga masih sulit dijawab. Alasannya, karena data aktivitas gempa yang terjadi belum cukup untuk disimpulkan.
Gempa bumi M 5,3 guncang Cilaca, Jawa Tengah pada Juni 2019
BMKG akan terus melakukan monitoring dengan memfokuskan di zona-zona duga aktif itu di atas.
"Kita akan terus amati polanya secara spasial dan temporal," jelasnya lagi.
Satu hal yang penting diingat, kata dia, tidak semua klaster aktif akan berujung kepada terjadinya gempa besar.
"Meskipun setiap gempa besar selalu di dahului oleh serangkaian aktivitas gempa pendahuluan," tutupnya. (ism)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
4 Letusan Gunung Berapi Paling Dahsyat dan Mengerikan dalam Sejarah, Bikin Bumi Gelap Gulita dan Ciptakan Tsunami Puluhan Meter
Berikut ini 4 letusan gunung berapi paling dahsyat dan mengerikan dalam sejarah, Bumi jadi gelap selama 6 tahun.
Baca SelengkapnyaAnalisis BMKG Soal Gempa M 5,9 di Banten, Terasa hingga Jakarta
Ini merupakan gempa tektonik dan tidak berpotensi tsunami.
Baca SelengkapnyaGempa Berkekuatan Magnitudo 7,6 Landa Jepang, Peringatan Tsunami Dikeluarkan
Televisi nasiolan Jepang langsung menyiarkan "EVACUATE" untuk mendesak warga ke tempat yang lebih tinggi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
NOTED KAK! Ketika Sudah Berharap Ngajak Ngopi Bareng
Sahabat Dream pernah gak sih ngajak teman buat ngopi bareng tapi malah mereka sudah ngopi duluan.
Baca Selengkapnya