Stunting dan Obesitas Jadi Permasalahan Kesehatan Anak Indonesia
Dream - Memantau pertumbuhan anak secara rutin menjadi kewajiban semua orangtua. Hal ini untuk memastikan buah hati tumbuh normal sesuai usianya.
Dengan pemantauan yang tepat, Sahabat Dream dapat mengindikasi masalah yang terjadi pada si kecil sejak dini. Apalagi di 1000 hari pertama kehidupan anak, masa emas ini sangat berpengaruh hingga buah hati tumbuh dewasa nanti.
Di 1000 hari pertama, tubuh anak sedang membangun fondasi kehidupan dari segi kesehatan, pertumbuhan, hingga perkembangan saraf. Masa ini tidak akan terulang, orangtua harus mendukung dan memantau secara tepat agar perkembangan anak optimal.
Namun faktanya, tiga masalah kesehatan seringkali terjadi pada anak secara berdampingan yakni 'triple burden of malnutrition', yang terdiri dari kekurangan gizi, kekurangan zat gizi mikro, dan kelebihan berat badan atau obesitas.
“Penelitian terbaru South East Asian Nutrition Surveys kedua (SEANUTS II) mendapati prevalensi anak stunted dan anemia, khususnya di antara anak-anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia, masih tinggi,” kata dr. Dian Novita Chandra, Peneliti Seanuts II pada acara Seanuts II, Selasa 21 Juni 2022.
Stunting Karena Kekurangan Gizi
Stunting adalah dampak dari kurangnya gizi pada periode awal tumbuh kembang anak. Biasanya anak yang mengalami stunting ditandai dengan tubuh pendek, penyakit berulang karena imunitas tubuh tidak baik, dan mengalami kesulitan dalam bidang akademik.
“Salah satu hasil utama dari SEANUTS II di Indonesia adalah kasus stunted yang masih banyak ditemukan pada anak-anak di wilayah Jawa-Sumatera, dengan prevalensi sebesar 28,4 persen. Ini artinya, satu di antara 3,5 anak berperawakan pendek,” jelas dr. Dian.
Secara keseluruhan, SEANUTS bersama Frisian Flag Indonesia menunjukkan bahwa permasalahan anak stunted atau berperawakan pendek dan anemia masih ada, terutama pada anak-anak usia dini.
Obesitas
Namun, untuk anak yang berusia lebih tua di atas 5 tahun, tingkat prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas lebih tinggi. Hal ini selaras dengan temuan bahwa aktivitas fisik harian pada anak usia sekolah ternyata belum mencapai tingkat kecukupan sedang yang direkomendasikan.
Padahal tingkat kecukupan aktivitas fisik harian akan memengaruhi kebugaran jasmani, yang lebih jauh akan berperan pada tahapan tumbuh kembang seorang anak.
Perlu Gerakan untuk Mendukung Gizi Anak
Melihat angka stunting dan obesitas yang belum juga menyentuh angka nol, tentunya ini menjadi tugas bersama untuk generasi lebih baik lagi. Langkah-langkah kolaboratif untuk memberikan anak-anak Indonesia akses yang lebih besar terhadap gizi yang lebih baik begitu penting untuk menurunkan angka malnutrisi serta permasalahan gizi anak.
Apalagi baru-baru ini Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin dalam Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pusat telah menetapkan prevalensi stunting tahun 2022 harus turun setidaknya 3 persen melalui konvergensi program intervensi spesifik dan sensitif yang tepat sasaran.
"Kami harapkan data temuan yang dihasilkan dari SEANUTS II dapat menjadi acuan tenaga medis, pemerintah, bahkan orang tua, untuk menanggulangi masalah malnutrisi di Indonesia,” jelas Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), Peneliti Utama SEANUTS II di Indonesia dan Guru Besar di Fakultas Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia pada kesempatan yang sama.
Studi yang menunjukkan bahwa permasalahan stunted atau perawakan pendek, anemia, asupan makanan, aktivitas fisik anak dan kebugaran jasmani terkait kesehatan, perlu mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak. Saatnya meningkatkan ketahanan pangan dan ketersediaan makanan yang bisa memberikan asupan gizi yang seimbang, agar anak meningkatkan akses kepada sumber gizi yang sehat dan tumbuh kembangnya berlangsung dengan optimal.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak Cuma Busui, Ini Manfaat Daun Kelor untuk Cegah Stunting Pada Anak
Siapa yang sangka bahwa daun kelor ternyata menjadi rahasia untuk meningkatkan kesehatan anak-anak?
Baca Selengkapnya5 Olahraga yang Bisa Turunkan Berat Badan Lebih Cepat
Kebanyakan orang juga menganggap bahwa diet dengan defisit kalori sudah cukup untuk mencapai berat badan ideal.
Baca SelengkapnyaKenali 5 Tanda Awal Stunting, Jangan Sampai Terlambat
Setiap orangtua diharapkan dapat lebih memperhatikan kondisi anak mereka, bahkan sejak usia bayi, untuk dapat mendeteksi stunting secepat mungkin.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Berat Badan Tidak Mengalami Penurunan Setelah Diet Ketat? Inilah Faktor Penyebabnya
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam penurunan berat badan setelah melakukan diet.
Baca Selengkapnya5 Cara Tingkatkan Berat Badan Anak Secara Aman dan Sehat
Beberapa anak, dibutuhkan intervensi khusus agar berat badannya naik dan sesuai dengan grafik pertumbuhan.
Baca SelengkapnyaJangan Biarkan Anak Tak Sarapan, Bisa Turunkan Level Konsentrasinya di Sekolah
Sayangnya kegiatan sarapan belum menjadi kebiasaan rutin setiap keluarga di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBungkus! Tebak Minuman Rasa Jeruk
Sahabat Dream, kira-kira kalian kalau dikasih tebakan minuman ini bisa gak menjawabnya dengan tepat?
Baca Selengkapnya